KITA YANG KERDIL...

di bawah naungan-NYA

Tafsir Surat At Takwiir ( II )

Published by Peah under on Saturday, December 06, 2008
"Waidzal bihaaru fujjirot." (Ayat: 6).
>
> "Dan apabila lautan dipanaskan." (Ayat: 6).
>
> Tabrakan besar telah terjadi. Gunung-gunung hancur, Bumi
> mengeluarkan isi perutnya:
>
> "Dan Bumi mengeluarkan isinya." (QS. Az zalzalah:
> 2).
>
> Akibatnya lahar menerjang kemana-mana, membakar apa saja
> yang dilaluinya. Laut pun menggelagak, mendidih yang sangat
> panas karena diterjang lahar.
>
> "Waidzannufuusu zuwwijat." (Ayat: 7).
>
> "Dan apabila jiwa-jiwa dipasangkan (kembali)."
> (Ayat: 7).
>
> Ketika terompet pertama dibunyikan oleh Malaikat Isrofil
> akan mematikan semua sisa-sisa yang masih hidup. Tidak saja
> dari golongan jin dan manusia; binatang, tumbuh-tumbuhan
> bahkan malaikat pun mati.
>
> Nufuus, artinya: jiwa-jiwa, jama' dari nafs artinya
> jiwa. Ketika seseorang telah mati, berarti jiwanya telah
> binasa, karena antara ruh dan jasmaninya telah terpisah.
> Jasmani seseorang yang telah mati akan hancur dimakan tanah.
> Sedangkan ruh-ruh mereka tersimpan dalam alam barzakh, alam
> yang memisahkan antara alam dunia dan alam akhirat. Di
> situlah para ruh mendapatkan apa yang telah mereka perbuat
> semasa hidup di dunia. Ada yang mendapatkan "nam
> sholihan kanaumatil 'arusy!" (tidurlah yang nyenyak
> bagaikan tidurnya temanten baru). Dan ada yang
> mendapatkan 'adzabil qobr (siksa kubur), karena
> dosa-dosanya ketika hidup di dunia. Kecuali ruh para
> syuhada', mereka tidak ditempatkan di alam barzakh
> melainkan di sidratul muntaha, sebuah pohon yang sangat
> besar dengan buah-buahnya yang sangat lezat. Ruh-ruh para
> syuhada' bagaikan burung-burung yang berterbangan dengan
> riangnya kian kemari menunggu datangnya terompet kedua di
> mana ruh-ruh mereka akan
> dipertemukan kembali dengan jasmani mereka yang telah
> dipendam di balik bumi.
>
> Berbicara mengenai Ruh, sementara orang ada yang mempunyai
> anggapan-anggapan tahayul, bahwa orang mati dengan cara
> tertentu ruh mereka akan bergentayangan karena tidak
> diterima di sisi Tuhan. Misalnya orang wanita meninggal
> dunia karena melahirkan akan menjadi kuntilanak. Bayi yang
> meninggal dunia akan menjadi tuyul dan sebagainya. Jelas ini
> anggapan yang samasekali tidak berdasarkan dalil. Karena ruh
> orang yang meninggal dunia, dengan cara apapun mereka
> meninggal, mereka akan berada dalam alam barzakh. Kecuali
> para syuhada' --di antaranya wanita yang meninggal dunia
> ketika melahirkan-- mereka akan berada di Sidratul muntaha.
> Sesungguhnya apa yang mereka lihat sebagai "ruh"
> itu hanya jelmaan dari jin-jin yang diberi nama Qorin. Sejak
> manusia lahir mereka sudah diberi teman dari golongan jin.
> Jin Qorin ini senantiasa memberi pengaruh jelek kepada
> "empunya". Karena begitu lama dia mengikuti
> temannya itu, maka dia hapal betul kebiasaan sehari-hari
> empunya.
> Dan dia pun mampu menirukan bentuk fisik empunya. Kalau
> ada orang meninggal dunia dengan cara tertentu kemudian ada
> wujud-wujud tertentu yang menyerupai dia, sesungguhnya itu
> bukanlah ruh atau arwah si mati, tetapi itu adalah Qorin
> yang karakternya memang jelek, sebagaimana firman Allah:
>
> " Barangsiapa yang berpaling dari peringatan Tuhan
> Yang Maha Pemurah (Allah), kami adakan baginya syaitan
> (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman
> yang selalu menyertainya." (QS. Az Zukhruf: 36).
>
> "...Barangsiapa yang mengambil yang mengambil syaitan
> itu sebagai teman, maka syaitan itu adalah teman yang
> seburuk-buruknya." (QS. An Nisa': 38).
>
> Sedang ruh si mati itu sendiri berada di alam barzakh
> menunggu dipertemukan kembali dengan jasmaninya apabila
> terompet kedua ditiup oleh Malaikat Israfil.
>
> Ketika ruh telah dipertemukan kembali dengan jasad mereka
> yang telah hancur menjadi tulang belulang mereka lalu
> bangkit dari kuburnya masing-masing dengan wujud seperti
> sedia kala, ketika mereka hidup di dunia. Saat itu bencana
> dahsyat tengah berlangsung; gempa bumi besar terjadi
> secara merata di seluruh dunia, gunung-gunung hancur dan
> lautan mendidih, mereka pun berada dalam kepanikan dan
> kebingngan luar biasa.
>
> "Dan manusia pun berkata: " Apakah yang (tengah
> terjadi) di Bumi?" (QS. Az Zalzalah: 4).
>
> Mereka digiring oleh api dari tempat mereka dibangkitkan
> menuju satu tempat yang disebut Mahsyar. Di si situlah
> mereka dikumpulkan untuk menunggu diadili yang disebut
> hisab. Disebut hisab, karena saat itu setiap orang akan
> dikoreksi amal dan dosanya yang telah diperbuat selama di
> dunia. Dan mereka kemudian ditentukan tempatnya ke syurga
> atau neraka. Segala perbuatan manusia akan diungkap kembali
> termasuk dosa mereka yang telah membunuh anak sendiri,
> seperti yang dilakukan oleh bangsa Arab jahiliyah, mengubur
> hidup-hidup anak perempuannya.
>
> "Waidzal mau'uudatu suilat." (Ayat: 8).
>
> "Dan apabila anak perempuan yang dikubur (hidup-hidup)
> ditanya." (Ayat: 8).
>
> Di zaman jahiliyah orang Arab suka mengubur anak
> perempuannya hidup-hidup, karena merasa malu memperoleh anak
> perempuan. Maka di hari kiamat kelak itu mereka akan
> diperiksa:
>
> "Biayyi dzambin qutilat." (Ayat: 9).
>
> "Sebab dosa apakah gerangan mereka dibunuh?"
> (Ayat: 9).
>
> Mereka akan ditanya, apa sebabnya ayah mereka sampai hati
> menguburkan mereka ke balik bumi dalam keadaan hidup-hidup.
> Tentu saja mereka menjadi saksi belaka dari kesalahan
> perbuatan ayahnya.
>
> Menurut As Syihab, maka pertanyaan dihadapkan kepada yang
> teraniaya, yaitu anak perempuan yang dikubur hidup-hidup itu
> sendiri, dihadapan orang yang menganiayanya dan
> menguburkannya itu supaya lebih terasa berat dan besarnya
> dosa yang telah diperbuatnya. Akan terasa sendirilah
> kepadanya bahwa bukanlah anak yang ditanya itu yang akan
> dapat menjawab pertanyaan itu karena bukan dia yang
> bersalah, melainkan dirinya sebagai pembunuhlah yang mesti
> dihukum berat.
>
> Menurut As Syihab cara seperti ini disebut istidraj, yaitu
> membawa bicara kepada suatu suasana yang si bersalah
> merasakan sendiri kesalahannya, dengan mengajukan pertanyaan
> terlebih dahulu kepada yang tidak bersalah.
>
> Menurut As Suyuthi: "Ayat-ayat ini menggambarkan
> betapa berat dosanya mengubur anak perempuannya hidup-hidup
> itu."
>
> Untuk perkara mengubur anak perempuan hidup-hidup, banyak
> sahabat Rasulullah SAW yang pernah melakukan perbuatan sadis
> ini semasa mereka masih jahiliyah kemudian mereka menyesali
> perbuatannya setelah mendapat hidayah, Islam. Sebagaimana
> diriwayatka oleh Ad Darimy dalam musnadnya, ada seorang
> laki-alaki yang menyatakan kepedihannya kepada Rasulullah
> SAW ketika mengenang perbuatannya pada masa jahiliyah. Dia
> berkata: "Ya Rasulullah, di zaman jahiliyah kami
> menyembah berhala dan tega membunuh anak kami. Aku sendiri
> mempunyai seorang anak perempuan. Setelah dia mulai gadis
> kecil, dia periang dan lucu, suka sekali bila kupanggil.
> Suatu hari dia kupanggil dia pun datang. Aku bawa dia, dia
> pun menurut. Lalu aku bawa kepada sebuah sumur tua kepunyaan
> kaum kami yang letaknya tidak begitu jauh dari kediaman
> kami. Lalu aku bawa dia ke pinggir sumur itu untuk melihat
> ke dalamnya. Setelah kepalanya terjulur ke dalam, terus aku
> angkat kedua kakinya, aku lempar dia
> ke dalam. Ketika dia akan aku tinggalkan masih kedengaran
> dia memanggil-manggil: "Ayah, Ayah!" Mendengar
> ceriteranya itu dengan tidak disadari berlinanglah air mata
> Rasulullah SAW. Lalu berkatalah salah seorang yang duduk
> duduk dalam majelis itu: "Sudahlah! Engkau telah
> membuat Rasulullah bersedih." Lalu Rasulullah SAW
> bersabda: "Biarkanlah dia! Dia menceritakan hal itu
> ialah karena tekanan batinnya yang mendalam." Lalu
> bersabda pula Rasulullah kepada orang itu: "Lanjutkan
> ceriteramu itu." Maka orang itu pun melanjutkan
> ceriteranya kembali dan Rasulullah pun kembali pula dengan
> tidak disadari menitikkan air mata yang lebih banyak lagi
> dari yang tadi. Dan orang itu pun tampak sekali kesedihannya
> ketika dia berceritera dan tampak pula pada wajahnya
> penyesalan yang tak terperikan." Maka Rasulullah
> bersabda: "Allah telah mengampuni dosa-dosa zaman
> jahiliyah itu dengan masukmu ke dalam Islam. Perbanyaklah
> amal yang baik, semoga dosa-dosamu diampuni."
> Orang lain pula datang kepada Rasulullah SAW mengeluhkan
> dosa yang serupa itu di zaman jahiliyah. Rasulullah SAW
> menyuruhnya memerdekakan budak, karena orang itu kaya."
>
> Begitulah gambaran kebiadaban orang-orang Arab jahiliyah
> serta beratnya beban dosa yang akan mereka tanggung di
> akhirat akibat perbuatannya itu. Sedangkan anak yang menjadi
> korban itu sendiri berada di syurga.
>
> "Nabi SAW bersabda: "Nabi di syurga, orang yang
> mati syahid di syurga, orang yang dilahirkan (dalam Islam)
> di syurga, anak perempuan yang dikubur hidup-hidup di
> syurga." (HR. Ahmad).
>
> Demikian uraian singkat tafsir Surat At Takwir dari ayat 1
> hingga ayat 9. Semoga uraian ini dapat selalu mengingatkan
> kita pada hari kiamat untuk memotifasi kita agar selalu
> berbuat yang diridhoi oleh Allah SWT.

0 comments:

Post a Comment

 

Lipsum

Followers